Wednesday, November 8, 2017

Berlatih Bersuara Ramah Day 7

Dari sekian banyak poin latihan berkomunikasi pada anak, sampai hari ke-tujuh ini Saya konsisten untuk fokus pada melatih diri saya untuk dapat berkomunikasi dengan lembut, tanpa nada tinggi pada anak. Mengapa? Karena itu yang paling sulit bagi Saya.

Mengolah emosi untuk dapat tetap calm pada kondisi sefrustasi apapun menghadapi anak Saya. Suliiit ya Allah tantangan ini Saya lalui mengingat anak pertama Saya sangat aktif dan banyak sekali kreativitasnya.

Kali ini saya ingin menceritakan bagaimana caranya saya mengantisipasi letupan ingin teriak panik ketika anak Saya menarik tangan mungil adiknya yang baru satu bulan dengan kuat. Sungguh tak mudah menahan rasa ingin berteriak ketika panik atau kaget. Namun cara bagi Saya yang saya temukan efektif adalah dengan segera menarik nafas panjang. Hal ini seperti mudah dilakukan namun jika tidak dilatih dan ditanamkan pada mindset kita tetap akan sulit.

Saya ingat saat melahirkan untuk menahan rasa sakit misalnya saat kontraksi atau saat sedang dijahit, pasti kita diarahkan untuk tarik nafas panjang. Nah saya gunakan teknik submodalities Dan reframing ketika saya menarik nafas panjang ini. Saya putar sebuah "album foto" saat sedang menarik nafas ini dengan album foto anak pertama Saya ketika masih bayi, betapa ia menggemaskan, lucu, bikin kangen. Dan bayi Yang lucu itu saat ini tengah Di hadapan Saya dengan kelucuannya yang lebih pintar lagi. Ketika album foto itu terlintas, diiringi dengan backsound berupa nyanyian anak Saya atas lagu favoritnya yang sering ia nyanyikan. Ya! is masih bayi yang sama yang tiga tahun lalu berjuang bersamaku lahir ke dunia ini. Dan bayi itu sekarang bisa bernyanyi Dan sangat aktif. Alhamdulillaah...

Dengan cara itu Saya kembali tenang dan bisa dengan rileks mengubah tone suara. Sungguh damai.

You'll always be my baby!



No comments:

Post a Comment