Saturday, November 25, 2017

Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Dua bulan di rumah sejak cuti melahirkan, kesempatan engange dan observe kakamas #narenkeren. MasyaAllah... Bayi pertamaku yang dulu...kini bertumbuh dengan keunikan potensialnya.

Usianya tiga tahun tiga bulan. Kinestetik nya dominan. Bergerak selalu. Tenaganya kuat, kemauannya kuat. Jika diarahkan melakukan sesuatu ia akan balik bertanya misal:

Bunda: "Naren ayo cuci tangan yuk"
Naren: "Kenapa?"
Bunda: "kan kotor tangannya..."
Naren: "Habis apa?" (Maksudnya habis ngapain aku kok bisa kotor)
Bunda: " Habis makan, berminyak"
Naren: " Ooo...habis makang (makan) ya...beminyak ya...pake sabung (sabun) ya..."
Bunda: "Iya"

Naren demikian karna memang dibiasakan sejak kecil diberi penjelasan saat kita mengajak dan mengarahkan sesuatu. Sehingga ia meniru, saat sekarang jika ia diminta melakukan sesuatu tapi tidak jelas sebabnya ia akan bertanya. We'll indeed children see children do.

Banyak juga roleplay yang ia lakukan setelah ia mengamati perilaku orang dewasa. Yang terbaru adalah roleplay sebagai tukang sayur keliling yang di komplek, haha karena bundanya ngajak belanja di tukang sayur. Sama niruin Bunda yang lagi mimikin adek.. sampe dibuka bukak kaosnya.... Lho alaah naak...jadi Ayah ASI ya kelak haha.

Tapi sedihnya kalo meniru hal negatif yang kita lakukan. Iyaaa,,, kita masih suka khilaf kan sebagai orang dewasa. Kalo lagi panik atau suntuk misalnya kadang nada bicaranya naik tiga oktaf. Jadi Naren juga suka ngikut, kalo menolak sesuatu dengan berteriak. Dohh pe err...

Makanya ini lagi latihan banget merubah diri. Mumpung masih cuti bisa optimal membersamai. Sambil muhasabah diri, what I have done wrong. Sudah sepuluh hari ini latihan komunikasi produktif. Moment nya pas banget untuk menghadapi tantangan perilaku Naren yang sedang cemburu sama adiknya.

Timing yang sangat kritikal, yuk kita jadikan diri kita teladan yang paling baik untuk rujukan anak-anak kita. Bukan untuk siapa-siapa, kelak ini untuk kita sendiri yang akan merasakan hasilnya Di kemudian hari. Supaya kelak ketika Allah minta LPJ setidaknya ikhtiar kita optimal di laporan tersebut. Adapun assessment nya, let Allah decide.

No comments:

Post a Comment