Saya paling merasa tidak
excellent adalah ketika dalam pekerjaan, ada pihak-pihak yang mengintimidasi
tanpa mau tahu prosesnya. KOK GAK SELESAI SELESAI???!!!, KAPAN SELESAI??!!! Selain
mengganggu state sangat mengganggu etika kerja. Alangkah lebih elok jika
bertanya. Tantangannya dimana lagi?? Apa yang bisa kubantu?? Instead of
JUDGING!!
If you are a colleague, then be a
supportive collegue, if you are a leader then be a true supportive one better.
Bayangkan!!! Proses menemukan pihak yang berkepentingan di sisi sebelah sana
saja sulit dan saya menghargai, karena itu adalah ETIKA KERJA. Sudah mencoba
kesempatan, lalu eskalasi menggunakan the help of one level up management,
Alhamdulillah done. Selalu ada proses yang harus dihargai. So intead of asking
WHY?? Please remind ourselves, it would be better if you asking HOW can I
help??.
Indonesia ini memang dididik
dengan cara yang tidak supportif sama sekali. Bayangkan kita membegitukan anak-anak
kita. Misalnya, anak kita pulang sekolah tidak tepat waktu. Sampe rumah,
pastilah karena worry kita selalu berondong pertanyaan. KENAPA KOK BARU
PULANG??? Apalagi dengan nada tinggi menyebalkan. Kita tidak memperhatikan
state si anak lagi, entah dia lelah, lusuh, takut atau apa. Tambah-tambah
ketika dia tidak menjawab, biasanya makin lah kita mencecar dengan pertanyaan, “Mama
Tanya, kenapa kok baru pulang jam segini????, kamu kemana?? Gak taat sekali!”
Padahal, dibalik lelah anak kita,
dia menyimpan cerita yang mengerikan. Ternyata angkot yang ditumpanginya remnya
blong hingga berjalan tak terkendali. Syukur pada detik yang tepat angkot bisa terhenti
terselamatkan. Supir yang bertanggung jawab berusaha mengoper para penumpang
kepada angkot lain, namun karena merupakan jam sibuk pulang anak sekolah, maka hampir
angkot yang lewat sudah penuh, maka anak kita harus menunggu lama hingga
mendapatkan angkot pengganti. Penumpang yang lain yang lebih punya uang dan
akses mungkin sudah memilih moda transportasi lain untuk menuju rumah, namun
anak kita, karena ongkosnya pas-pasan ia ragu jika hendak naik kendaraan lain,
ojek misalnya. Karena jika mengandalkan bayar di rumah, khawatir mama gak
dirumah. Sampai akhirnya anak kita harus sabar menunggu angkot pengganti yang
bisa membawanya menuju rumah. Coba, apa yang kita rasa setelah tahu cerita prosesnya??
Rasa sesal? Minta Maaf?? Apa?? TERLAMBAT!!, anak sudah terluka, dia mulai tidak
yakin Mamanya adalah tempat berpulang cerita. Belum juga ia duduk dan minum,
sudah penuh tudingan.
Ohh Allah…apakah yang manusia
sombongkan atas segala perkataannya. Sungguh Hanya Engkau Yang Mengetahui segala
cerita dibalik semua peristiwa. Rangkul anak kita, pahami perasaannya, “Capek
ya nak?? Mau minum dulu ya?? Sini duduk sebelah Mama sayang, Coba kalo boleh
Mama tahu Bagaimana ceritanya Ananda pulangnya lebih lama dari biasanya? Mama khawatir
Nak, menunggumu, resah sekali Mama…”. Oh Allah ampunilah kami, betapa kata-kata
bisa melukai bisa menyemangati, maka pilihlah kata-katamu sebagai do’amu.
As a worker then, coba selami segala
peristiwa di baliknya, your subordinate may risk his own program to save the
project, your colleague may defence you in front of his Bos in order to save
your marwah. Someone has sent you do’a
to be health and always guided by Allah. Support them, as they are real doing
the project. It is not WHY, yet HOW you can help them!.