Tergabung ke dalam Komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) secara tidak terduga. Terinfo dari seorang kawan yang membagikan materi dari Komunitas IIP ini ke dalam Group WhatsApp kemudian saya tergugah untuk ikut bergabung. 13 April 2016 tepatnya saya tergabung. Walaupun saya tahu pendirinya adalah Ibu Septi Peni Wulandani, seorang ibu yang kiprahnya bisa dengan mudah kita cari informasinya melalui mesin pencari google maupun maupun melalui liputan mengenai Ibu Septi di televisi yang sudah sedemikian lalu lalang pada segmen acara keluarga maupun pendidikan, jujur saja harus saya akui awalnya saya tidak terlalu paham apa dan bagaimana Institut Ibu Profesional ini bekerja dan berkegiatan.
Adalah mbak Putri Ariani, koordinator IIP Depok, wilayah IIP dimana saya
tergabung dalam grup. Mbak Putri kemudian mengumumkan akan diselenggarakannya kegiatan kelas minat
dan rumah belajar. Saya yang memang niat hati dan passionnya senang
berilmu dan berbagi merasa terpanggil untuk mengasuh kelas minat
Financial Planning, ilmu yang saya sedang dan terus saya pelajari hingga
kini.
Berbekal gelar Registered Para Planner (RPP) dari Sertifikasi Basic
Financial Planning yang telah saya tempuh dari penyelanggara IARFC
Indonesia yaitu Lembaga Financial Planning terpercaya yang dikomandoi
oleh Bapak Aidil Akbar Madjid, saya menekadkan diri untuk membagikan
sedikit ilmu dan pengalaman saya tersebut.
Maka kemudian didaulatlah saya sebagai Koordinator Kelas Minat Financial
Planning sekaligus narasumber kelas ini. Bagi yang senang dengan ilmu financial planning pasti sudah
tidak asing dengan nama Aidil Akbar. Bila ditanya mengapa belajar kepada Pak
Aidil melalui IARFC dan bukan kepada financial planner tidak akan
menjadi pembahasan dalam tulisan ini. Tentang IARFC dan Pak Aidil Akbar
dapat Anda temukan pada laman resminya masing-masing.
Kembali pada topik IIP, tepatnya akhir April 2016, terlaksana
kopdar perdana kelas minat Financial Planning IIP Depok. Tak diduga,
suasana kelas sangat menggugah semangat. Hasilnya sangat melebihi
ekspektasi saya sebagai fasilitator. Saya bangga sekali pada bunda-bunda muda dan calon bunda yang dengan antusias dan penuh rasa antusias menyimak tahap demi tahap materi yang saya sampaikan. Semoga ada
manfa’atnya apa yang saya sampaikan sehingga apabila hingga teramalkan, saya bisa menabung amalan jariyahnya, terima kasih banyak Bunda-Bunda
Hebat semua.
Kemudian tidak berhenti pada Kelas Minat, saya
terinfo akan diselenggarakannya Program Matrikulasi Ibu Profesional yang
akan dipandu langsung oleh Ibu Septi Peni Wulandani. Betapa saya
terkesiap semangat sekali bahwa kelas matrikulasi ini juga boleh diikuti
oleh Koordinator Kelas Minat, langsung seketika itu juga saya klik
tautan pendaftarannya dan mendaftar.
Alhamdulillah Senin tanggal 9 Mei 2016 lalu telah terselenggara Kuliah
WhatsApp Perdana Program Matrikulasi Ibu Profesional. Program
Matrikulasi ini dilaksanakan selama 10 pekan, dengan
jadwal rutin kuliah setiap Senin malam pukul 20.00-21.00 WIB dan
keesokan harinya yakni hari Selasa akan ada Nice Home Work (NHW) yang harus
dikerjakan dengan tenggat waktu pengumpulan hari Minggu.
Singkat cerita akhirnya saya lulus dalam program matrikulasi tersebut, dan yang sungguh tak disangka adalah matrikulasi mengantarkan saya ke kehidupan yang lebih terarah, lebih menggugah semangat dan akhirnya dengan penuh rasa syukur saya sampaikan, mengantarkan saya sampai pada ketercapaian milestone yang lebih cepat dari yang saya sendiri targetkan. Masya Allah. Sedikit cerita, menulis milestone hidup adalah salah satu tugas NHW yang diberikan. Awalnya saya sendiri bingung karena seumur hidup belum pernah punya target milestone hidup diri saya sendiri. Padahal selama ini bekerja di sebuah perusahaan yang selalu membicarakan milestone perusahaan. Saya merasa makjleb sekali dengan ini. Masa sih saya terhadap kantor aja begitu sigap dan sangat concern terhadap milestone, masa ke kehidupan saya sendiri yang mana jelas-jelas akan secara langsung saya pertanggungjawabkan kelak pada Allah, saya gak concernkan. Lain waktu akan saya cerita kan satu per satu materi matrikulasinya.
Selesai matrikulasi dan lulus, maka sah sudah saya menjadi member komunitas Ibu Profesional. Tapi kemudian perjalanan berlanjut lagi, Ibu Septi memberikan tantangan kepada kami para finisher matrikulasi batch#1 untuk menjadi fasilitator matrikulasi batch#2. Wow!!! Sontak kami saat itu sungguh terperangah dengan tantangan ini. Segala jenis perasaan hadir diantara kami, dan sikap kebanyakan dari kami bisa ditebak, merasa belum pantas. Bayangkan saja, untuk mengamalkan apa yang kami pelajari di matrikulasi batch#1 saat kami menjadi murid saja kami masih harus banyak berjuang. Kami takut sekali jika kami menyampaikan apa yang kami tidak lakukan. Namun dengan tenang bu Septi menyampaikan bahwa, dengan menjadi fasilitator maka secara langsung menjadi alat kontrol kita dalam mengamalkan ilmu, menjadi media kita untuk belajar lagi dan lagi. Alhamdulillah akhirnya seluruh fasilitator berhasil juga menjalankan amanahnya.
Masih berlanjut lagi, setelah selesai dengan menjadi fasilitator matrikulasi batch#2, tantangan datang lagi untuk menjadi fasilitator Bunda Sayang. Tidak tanggung tanggung, kelas Bunda Sayang akan terselenggara dengan 12 Materi Pokok, satu materi pokok selama satu bulan. Maka total kelas Bunda Sayang akan berlangsung hingga 1 tahun!. Woww lagi!! Masya Allah... Awalnya saya keder lagi, apalagi menyadari bahwa saya ibu baru, anak saya baru satu dan berusia 30 bulan atau dua tahun setengah, apa iya saya bisa? saya kan gaktau nanti gimana kalo ada materi yang kaitannya dengan anak yang lebih besar?. Oiya, Bunda Sayang adalah program pembelajaran tahap pertama di Ibu Profesional yang mengajak para ibu untuk optimal dalam membersamai tumbuh kembang anak-anak. Bagaimana membangun pondasi pendidikan anak-anak sejak sebelum lahir hingga usia golden agenya. Prinsip dalam komunitas IIP, Bunda Sayang merupakan pijakan dasar Dan kritikal yang setiap Ibu harus miliki, dimanapun seorang Ibu berkarya dalam kesehariannya baik dalam ranah domestik maupun publik.
Setelah bu Septi memberi pandangan, maka akhirnya saya memberanikan diri. Sambil menjadi murid, saya sekaligus menjadi fasilitator. Begitu terima ilmu, langsung berbagi dan kemudian mengamalkan ilmu. Satu kalimat dari bu Septi yang selalu saya ingat tentang menjadi fasilitator Bunda Sayang: "Jangan menyampaikan apa yang tidak kita lakukan". Deras sekali maknanya.
So here I am. Mengimplementasikan beberapa proyek dalam kelas tersebut. Selain proyek buku, proyek membuat portfolio diri dalam sebuah blog juga menjadi salah satu yang saya amalkan. Berkali-kali niat membuat blog hanya berakhir draft semata. Belum pernah action. Kebanyakan pertimbangan yang tidak dieksekusi malah akhirnya semangat sering sirna. Bismillah semoga blog ini menjadi rintisan. Gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan gagal bukan semboyan yang saya pegang lagi. Tapi bagi saya sekarang "Tidak mengeksekusi apa yang direncanakan merupakan strategi yang tidak tepat, because there is no failure, only wrong result. So we have to change our strategy"
(nianio/17)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/niarosyi/institut-ibu-profesional-matrikulasi-menjadi-ibu-profesional-kebanggaan-keluarga_5735bdd351f9fde009ed55d1

No comments:
Post a Comment